Laman

Kamis, 12 Juni 2014

Tentang "Penyesalan"



"Menyesal" berasal dari kata "Sesal" yang berarti perasaan tak senang, susah; kecewa karena telah berbuat sesuatu yang kurang baik dan merasa sayang karena... 



Menyesal menurut gue adalah rasa bersalah terhadap sesuatu dari pemikiran yang dianggap paling benar saat itu, tetapi tidak sesuai dengan jalur pemikiran yang akhirnya menimbulkan rasa bersalah di kemudian hari. Ceilah... manyun gue bacanya.
Jadi gini, gue punya cerita tentang penyesalan. Buat yang penasaran gue persilahkan untuk lanjutin bacanya. Kalo gak, gue persilahkan untuk lanjutin baca juga... gue maksa. Oke?!
Ehm...
Seperti hari-hari biasanya, Parno membawa bekal makan siangnya ke sekolah dengan hati gembira dan bersahaja. Hari itu dia makan dengan sangat lahap, namun keselek karena lupa bawa air minum. Alhasil, Parno pun mencari air untuk melancarkan tenggorokan yang sedang meronta itu dengan membeli air mineral di kantin.
Dengan cegukkan yang berirama Parno mengambil satu botol air mineral dan meminumnya dengan brutal, tanpa dia sadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Parno yang dari tadi berlaku tak waras akhirnya sadar bahwa Surti sedang menoleh dengan tatapan aneh ke arahnya.
Surti adalah seorang gadis yang cukup terkenal di sekolahnya, dia menjadi bunga sekolah yang selalu dibicarakan dan digilai para pria karena kecantikannya. Parno pun tidak kalah terkenal, dia sangat piawai dalam mencontek dan begitu terkenal di mata guru-guru, terutama guru BP.
Parno kehilangan kesadaran setelah dia dapati bahwa wanita yang menawan itu sedang menoleh ke arahnya. Dengan waktu sepersekian detik Parno pun jatuh cinta kepada Surti. Dengan terlihat jijik Surti meninggalkan wajah Parno yang melongo itu. Jelas saja, setelah kejadian itu Parno selalu terbayang-bayang akan wajahnya Surti. Mau tidur terbayang Surti, mau makan tidak bernafsu karena dia membayangkan nasi seperti wajahnya Surti, hingga pas mandi pun dia membayangkan Surti sambil coli. Ahh... nikmatnya cinta.
Keesokan harinya, Parno menyogok teman dekat Surti agar memberikan nomer telepon Surti dengan batangan coklatnya... hmm, maksud gue sebatang coklat. Nomer Surti pun ia dapatkan. Parno memang sangat lihai dalam meminta karena pada dasarnya muka Parno emang kayak pengemis.
Sepulang sekolah setelah Parno mendapatkan nomer telepon pujaan hati, dia berinisiatif untuk menelpon Surti. "Tut.. tut.." suara telepon sedang menyambungkan membuat Parno semakin gugup.
"Halo?" suara seseorang terdengar mengangkat telepon Parno.
"Surtinya ada?"
"Wah, baru aja pergi sama cowoknya, Mas."
"Cowoknya?"
"Iya. Ada perlu apa ya, Mas?"
"Eh.. gak ada, kok. Ngomong-ngomong kamu siapa?"
"Saya adiknya, Surto."
"Kembar?"
"Nggak. Dia gak punya penis, Mas."
Hening.

Sungguh menyayat hati. Selain mendapat kabar bahwa Surti sudah memiliki pacar, dia malah teleponan sama si kampret kembarannya Naruto, si Surto. Uzumaki Surto.
Hari-hari kelabu pun dijalani Parno setelah berita sialannya si Surto. Setiap malam Parno memasang headset sambil mendengarkan lagu Olga yang berjudul Hancur Hatiku, dia ulang-ulang setiap malam lagu itu sembari menangis tersedu-sedu. Lagu yang mudah untuk diingat karena hanya terdiri dari 2 kata, tapi tidak untuk Parno. Dia membutuhkan waktu 2 hari untuk menghafalnya.
Seminggu berlalu, Parno masih dalam keadaan kritis saat itu. Sebenarnya Surti sudah berpisah dengan pacarnya karena dia tahu pacarnya adalah seorang homo. Parno mendengar berita itu keesokan harinya. Semangat Parno pun kembali berkobar untuk mendapatkan hati Surti.
Dengan pesan singkat Parno mengirim ke nomer pribadi Surti.
"1n1 zUr+13 eAa?"
"Iya, ini siapa?"
"4kU p4Rn0w.. he"
"Oh.. yang temenan sama guru BP itu? Yang juara upil se-kecamatan itu?"
"1¥4... k0X t4u sCh? he"
"Gue gak ngegombal bego!"
Dan berakhirlah harapan Parno.
Parno sadar bahwa tulisannya sangat berbahaya untuk dibaca umat manusia, sehingga dia mengikuti kursus bahasa Indonesia agar bahasa yang dia pakai benar-benar layak untuk dibaca.
Tiga minggu dijalani Parno demi tulisan yang baik. Banyak sekali pengorbanan yang dia lakukan untuk membayar uang kursus, salah satunya menjual parabola milik tetangga.
Parno pun kembali menghubungi Surti dengan bangga.
"Surti..."
"Iya, ini siapa?"
"Parno. Pe a er en ow."
"Apaan tuh? Pea? Aer? And? Now?"
Hening.

"Bukan, Sur. Itu ejaan"
"Oh gitu.. aku gak gaul soalnya. Hehe"
Lalu kata-kata mainstream pun terlontarkan. "Lagi ngapain?"
"Lagi santai aja nih. Kamu?"
"Lagi novi aja."
"Novi?"
"Nonton tv. Udah makan?"
"Ohh... Udah."
Dan seterusnya.
Hati Parno begitu berbunga-bunga. Siapa sangka dia pdkt-an sama bunga sekolah seperti Surti. Sungguh beruntung. Kebiasaan Parno yang dulu mendengarkan lagu Olga kini berubah menjadi lagu Melly yang judulnya I Just Wanna Say I Love You. Lagi-lagi lagu yang mudah diingat, tapi sangat sulit bagi Parno menghafalnya karena bukan hanya terdiri dari 7 kata, kata tersebut juga berbahasa Inggris.
Setelah kurang dilebih-lebihin 3 hari pdkt-an, Parno memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Surti. Tapi sayang, Surti tak menerimanya. Parno harus menerima kenyataan bahwa dia harus mendengarkan lagu Olga lagi. Ya, Hancur Hatiku.
***

Setahun berlalu, Parno masih menjomblo karena tidak bisa move on dari Surti, alasan lain yang lebih logis dan masuk akal Parno menjomblo karena muka dia yang lebih mirip pengemis. Saat menyatakan perasaan kepada setiap wanita dia malah dikasihani.. dan diberikan uang. Sebenarnya bukan itu yang dia harapkan, sungguh malang nasib Parno.
Karena sudah setahun berlalu, maka otomatis Parno naik kelas. Yang asalnya kelas X jadi kelas XI, "Tak terasa waktu berjalan sangat cepat" itulah kalimat yang diucapkan menjelang lebaran tiba. Ya, bulan Ramadhan bisa Parno lalui dengan se-sabar-sabarnya, walaupun bolong 5 hari.
Di kelas XI Parno menjalani kehidupan yang baru dengan teman yang baru pula. Tak disangka, kelas Parno bersebelahan dengan kelasnya Surti. "Mampus gue.." ucap Parno dalam hati, Parno pun berjalan masuk ke kelasnya.
"Parno..." Surti memanggil Parno. Dengan wajah polos Parno menjawab "Hooh?"
"Selamat, ya. Kamu naik kelas!"
Dengan hati yang masih berharap-harap-kampret Parno meng-iyakan. Surti melihat raut wajah Parno yang sangat kusam yang masih menyimpan perasaan terhadapnya. Entah kenapa saat itu Surti merasakan sesuatu yang berbeda setelah lama tidak berbincang dengan Parno. Parno terlihat lebih keren dan rapi, tidak seperti pengemis lagi. Dengan berubahnya penampilan Parno, perasaan Surti terhadap Parno berubah pula. Surti merasa ada sesuatu yang kini lebih dari sekedar suka.
Tak lama setelah pertemuan itu, Surti ditembak teman dekatnya parno tepat pada saat pulang sekolah di tempat parkir motor, dan Parno sendiri melihatnya. Sungguh Parno tidak bisa berbuat apa-apa karena dia bukan siapa-siapanya Surti. Yang bisa dia lakukan hanya diam dengan hati yang tersayat-sayat. Apa daya, Surti menerimanya. Hati Parno layaknya eek cicak, cahaya yang hampir habis termakan kegelapan.
Parno mengulangi kesedihannya di masa lalu, dan lagi-lagi memutar lagunya Olga di malam hari. Hari-hari Parno tidak pernah bahagia, bahkan dia pernah mengukir "Broken heart" di tangannya dengan silet dan mengunggahnya ke Facebook dalam keadaan berdarah supaya kesedihannya diperhatikan orang lain. Sayangnya hanya cemoohan yang dia terima, selain kata-kata "Cengeng", dia juga mendapatkan kata yang sangat menusuk hati, yaitu "Halah! Silet merk Tatra aja bangga lo, camera 360 pula! Cuih!" Parno tak bisa lagi mengeluarkan air mata karena sudah terlalu banyak air mata yang dia habiskan. Mengeluarkan air dari tubuh adalah satu-satunya cara menenangkan diri bagi Parno, maka Parno pun lari-lari di kamarnya sambil buang air kecil, dia pun merasa lebih baik.
Surti adalah orang yang cepat bosan dan blak-blakan. Pada perayaan jadian bulan ke 3 dia menyudahi hubungannya dengan cowoknya tanpa pikir panjang dan bilang "Banci! Sama kecoa aja takut, gimana bisa lindungin gue coba? Dasar homo!"
Selama ini Surti memang sial, walaupun pacarnya ganteng, ternyata cowoknya pacaran sama Surti hanya modus untuk dekatin ayahnya Surti. Mantan Surti homo semua.
Setelah Surti putus sama cowoknya, pintu harapan terbuka kembali bagi Parno untuk mendekati Surti lagi. Untuk yang kedua kalinya, Parno mencoba mengambil hatinya Surti. Seperti biasa, pertanyaan mainstream terlontarkan dari Parno.
Surti merasa gundah karena dia tak bisa menerima Parno begitu saja, mantan Surti adalah teman dekat Parno. Sebuah kesalahan besar bagi Surti telah menerima temannya Parno, karena jika dia menerima Parno maka temannya akan tersakiti.
Hingga Parno mengungkapkan kembali perasaannya pada saat pulang sekolah dengan mengucapkannya secara langsung.
"Surti. Kamu tahu aku cinta sama kamu. Kamu tahu aku sayang sama kamu. Sangat munafik untukku jika tidak mengakui perasaan ini. Untuk yang kedua kalinya, aku berharap sama kamu, memohon sama kamu. Maukah kamu menerimaku menjadi bagian dari kehidupanmu, menjadi orang yang istimewa untukmu, dan menjadi orang yang selalu kamu tunggu di kala kesunyian melanda?" Dengan fasih Parno berkata-kata, ternyata kursus bahasa Indonesia Parno membuahkan hasil. Parno melanjutkan, "Jika kamu bersedia. Terimalah bunga mawar ini..." sungguh, Surti benar-benar jatuh hati dengan Parno, di samping itu dia harus mempertimbangkan kedekatan Parno dengan temannya akan terancam dan mungkin akan menyebabkan sebuah pertikaian.
Surti terdiam membisu. Dia terlalu bingung untuk mempertimbangkan perasaannya, sementara Parno sudah cukup lama menunggu. Sekitar 3 jam yang lalu.
Parno pun membuka percakapan kembali.
"Hmm.. jadi gimana?"
"...."
"Mungkin nggak. Aku pulang dulu, ya?"
Surti tidak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah berjalan beberapa langkah Parno menengok Surti yang mematung itu dan berucap.
"Oh iya, hampir lupa. Terima kasih atas semuanya, ya, Surti.." dengan menghela nafas Parno melanjutkan "Sekarang.. aku jadi lebih baik dari aku yang dulu."
"Lebih baik?" Surti memberanikan diri untuk berbicara.
"Iya.." dengan tersenyum Parno menjawab "tanpa disadari, kamu menjadi perantara membuatku bersemangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ingat? Saat tulisanku sangat kacau untuk dibaca orang lain, aku coba perbaiki dengan kursus bahasa Indonesia. Sebelumnya aku adalah orang yang tidak tahu kebersihan, dan sekarang aku mencoba memperbaiki penampilanku agar lebih rapi hanya untuk terlihat layak di matamu. Aku adalah orang yang pemalas. Dengan adanya kamu aku menjadi pribadi yang lebih rajin dan tidak menunda-nunda waktu lagi. Hmm.. mungkin masih banyak lagi yang nggak bisa disebutin satu per satu. Sekali lagi.. terima kasih, Surti. Bagaimanapun juga, aku tetap sayang sama kamu." Parno meninggalkan Surti dengan perasaan lega hati dan lapang dada. Di samping itu Parno telah meninggalkan bekas mendalam di hati wanita yang kini menaruh hati padanya.
Hingga malam hari, Surti tidak bisa berhenti menangis. Tidak bisa dipercaya bahwa tampang pengemis seperti Parno telah membuat bunga sekolah seperti Surti menyesali perbuatannya.

Seusai kejadian itu Parno tak pernah menghubungi Surti. Dia mengerti bahwa Surti tidak bisa bersamanya. Sementara itu, Surti sangat mengharapkannya kembali dan menyesali keputusannya.
"Parno.. seandainya kamu tahu apa yang aku rasa. Kini aku jauh lebih membutuhkanmu daripada kamu membutuhkanku. Maafkan aku telah membuang kesempatan ke dua yang harusnya aku syukuri. Parno.. kembalilah, katakanlah kau cinta padaku. Kumohon beri aku kesempatan walaupun ku tahu semua itu tak mungkin aku dapatkan lagi.
Aku rindu semuanya darimu. Aku rindu saat kau tanya aku sedang apa. Aku rindu candaanmu yang tak pernah membuatku tertawa. Aku rindu kekonyolanmu yang membuat aku tidak bisa tidur semalaman. Tapi.. tak ada lagi tempat mengadu. Tak ada lagi hari di mana aku tersenyum karena candaanmu. Tak ada lagi hari di mana aku berbagi keluh kesahku. Semua sudah terlanjur. Jika saja kesempatan itu datang lagi, aku berjanji akan mencintaimu dengan benar. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku menyesal sudah menyia-nyiakan orang yang sangat menyayangiku selama ini."
Tangisan surti di malam itu membangunkan adiknya, Surto. Dan Surto pun bertanya.
"Belum tidur? Udah malam, nih."
Tangisan Surti tidak bisa dibendung lagi dan Surti pun memeluk adiknya yang kebingungan itu.
Dengan tenang Surto menyambut "Sudah.. sudah.. aku tau, kok."
"Serius kamu?"
"Iya," lalu Surto melanjutkan dengan yakinnya "film Korea itu emang sedih semua endingnya. Aku juga nangis, kok, lihatnya. Perasaan aku campur aduk. Antara sedih dan bahagia." Surto pun meneteskan air mata.
Selama ini Surto sangat menggemari drama film Korea. Ternyata kemajuan jaman membuat adiknya Surti ini menjadi ikut-ikutan menggilai Boyband, "Anyeong hasseo, kamsahamnida, cemumuth eeaa, cebokhin gue dong..." kira-kira begitulah dialog yang Surto praktekkan di depan Surti dengan muka di-imut-imutin.
"Duh.. kok bisa gue punya adek sebego ini?!" 

The end.

Jadi gimana? Ada pesan moral yang lo dapatkan setelah baca cerpen gue? Satu yang gue tau, akhir ceritanya antiklimaks banget, padahal udah sedih-sedihnya, tuh.
Silahkan berkomentar dan berikan tanggapan terhadap cerita di atas! Terima kasih sudah bersedia membaca hingga akhir. Salam :)

7 komentar:

  1. Bro aku punya sesuatu buat kamu kalo berkenan monggo
    http://kokohahmad.blogspot.com/2014/06/liebster-award.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.. Liebster ya? Dipelajari dulu deh :D

      Hapus
  2. Baca ini, jadi keingat beberapa hal. Kenapa tidak begini, kenapa tidak begitu, kenapa aku ga masuk nilai tertinggi UN.. Ah. Sedih. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penyesalan emang selalu datang di akhir. Jadi jangan sampai pilihan kita membuat penyesalan bagi diri kita sendiri. :')

      Hapus
  3. penyessalan ya memang di akhir,
    kalo di depan mah namanya perencanaan
    :D

    BalasHapus
  4. ya penyesalan emang ada nya terakhir, kampret banget kan.

    BalasHapus
  5. ya seperti yang gua rasakan, kebahagiaan sesaat, Cuma gara gara hasutan teman, kekasih yang sedang bahagia, sekarang terbalut kesedihan dan penyesalan, Cuma sesaat, hubungan tanpa status, pegang tangan, pelukan, sehangat peluknya, selembut belainya, belom sempet gua tembak, dia tiba tiba jauhin gua, diem, ga jelas tingkahnya, tapi, gua beraniin diri buat deketin, senyumnya kembali, tapi juga sesaat, 3 hari setelah itu, canda dan tawanya hanyalah paksaan, dia di hasut lagi, dia nyuruh gua buat nyontoh sikap orang yang taat, tapi goblok dalam pergaulan dan omongan, badan bungkuk, Pinter juga nggak, cuma karena gua urakan, dia tinggalin gua, sakit rasanya, sebotol anggur javans dan cong yang cap 3 orang gua tenggak bersama teman, rasanya semua ga berarti setelah itu, bodo amat lah rasanya, beban dan sakit hilang, dan akhirnya dia tau gua mabuk, Dia nangis di pojokan, dengan rasa marah dia bilang "Gua benci SAMA LU, gua gak nyangka" Tapi Efek mabuk belom ilang, gua di sindir, di bikin cemburu, maaf, ga kerasa :v, semua rasanya biasa aja, hati dan pikiran ga sensitif, sampai datang hari dimana temen gua jadian, tapi gua suruh nemenin sekalian ngajak si kekasih, begonya, ternyata beneran, dengan rasa kesel dikit + setengah sadar, gua bonceng dia di temani suara knalpot Gl Max (motor gua) dan begonya lagi, sampe di sono gua jujur cerita kalo gua mabok sama siapa dan dimana, basa basi sambil dengerin dia ceramah, malam pun menjelang, gua anter dia pulang, "makasih ya buat semuanya" sambil senyum ke gua, namanya mabok, bodo amat lah rasanya, saat ini gua malah rindu beban pikiran dan rasa sakit hati itu, B@j!ng@N

    BalasHapus

Makasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca postingan dari rizamaulidan.blogspot.com! Jika berkenan silahkan berikan komentarnya. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk memajukan blog yang sederhana ini. Yang terpenting komentarnya jangan jorok, malu entar sama orang tua. Salam! :))